Laman

Rabu, 09 November 2011

PENTINGNYA ETIKA DALAM PERGAULAN MASYARAKAT


Nama               : HENI PUJIARTI
Npm                : 10208585
Kelas               : 4EA10
Tulisan Softskill Etika Bisnis

Etika Berbicara Dalam Masyarakat
Berbicara merupakan rutinitas yang sering dilakukan oleh manusia. Dengan berbicara kita dapat menyampaikan pendapat dan sebaliknya kita juga dapat mengetahui keinginan orang lain. Bila  kita berbicara dengan sopan maka dapat mendatangkan teman. Namun jika berbicara tidak sopan maka akan mendatangkan banyak musuh. Etika dalam berbicara perlu kita perhatikan. Sebab, dalam bermasyarakat kita pasti berhadapan dengan orang lain yang memiliki sifat dan sikap berbeda satu sama lain. Etika yang baik dalam berbicara yaitu :
1.      Berbicaralah dengan tutur kata yang sopan, ramah tamah.
2.      Hindarilah cara bicara yang bisa menimbulkan perselisihan, seperti mengadu domba, fitnah, gosip, dll
3.      Berbicaralah yang sesuai dengan siapa kita berbicara, misalnya dengan orang yang lebih tua kita berbicara dengan sopan dan rasa hormat. Berbicara dengan yang lebih muda kita bisa lebih menghargai.
4.      Berbicaralah sesuai waktu dan kondisi lawan bicara kita
Janganlah orang yang sedang beribadah, kita ajak berbicara karena itu tidak sopan meskipun lawan bicara kita adalah orang terdekat kita. Misalnya jika kita ingin berbicara dengan teman kita lewat telepon kita harus liat waktu terlebih dahulu. Jika kita menelepon pada jam 2  dini hari, maka hal ini cukup mengganggu kenyamanan tidur orang lain (lawan bicara kita).
Etika Dalam Berpakaian
Pakaian berfungsi untuk menutup tubuh manusia, tidak hanya itu saja. Kini pakaian telah menjadi kebutuhan manusia. Saat ini kita sering lihat di Mall banyak pakaian dari berbagai model dan corak ditawarkan disana. Kadang kita sering bingung saat menentukan pakaian apa yang sesuai dengan kepribadian dan karakter kita. Etika dalam berpakaian ini membahas tentang bagaimana kita menempatkan pakaian yang kita gunakan agar sesuai dengan agama, budaya, norma. Misalnya jika kita seorang muslim yang ingin memasuki masjid maka kita diwajibkan untuk mengenakan busana yang menutup aurat, yaitu dengan menggunakan pakaian muslim. Selain itu jika kita ingin menghadiri acara undangan formal maka kita harus menyesuaikan diri mengenakan pakaian yang formal, misalnya memakai kemeja, batik dan pakaian resmi lainnya.
Etika Pergaulan Dengan Orang Yang Berbeda Agama
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan lain-lain. Hal ini patut disyukuri karena perbedaan itu tidak menjadikan suatu penghalang dalam kehidupan bermasyarakat. Itu disebabkan adanya etika dalam kehidupan bermasyarakat khususnya etika pergaulan dengan orang yang berbeda agama. Kita harus saling menghargai, menghormati dan toleransi antara agama yang satu degan agama yang lainnya. Misalnya pada saat bulan suci Ramadhan umat islam berpuasa namun yang non muslim menghargai yang berpuasa dengan tidak mengganggu orang yang sedang berpuasa tersebut.
Etika Dalam Makan dan Minum
Makan dan minum merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar manusia dapat bertahan hidup. Berbagai macam jenis makanan tersedia di dunia ini. Sekarang, bagaimanakah kita bisa memilih makanan dan minuman yang sesuai dengan kebutuhan kita. Karena makanan yang baik adalah makanan yang bergizi. Etika dalam makan dan minum dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya sebelum makan dan minum kita harus berdoa dahulu agar makanan dan minuman yang kita makan dapat bemanfaat untuk tubuh kita.
Kesimpulan
Dalam pergaulan bermasyarakat hendaknya kita mempunyai sikap sopan santun, ramah tamah, saling menghargai, saling menghormati antara sesama. Sebab, pencerminan etika seseorang terlihat dari segala kegiatan yang ia lakukan. 
Sumber : http://afand.abatasa.com/post/detail/2543/etika-pergaulan-dalam-masyarakat

Jumat, 04 November 2011

TUGAS ETIKA BISNIS

Nama   : HENI PUJIARTI
Npm    : 10208585
Kelas   : 4EA10
Tugas Softskill Etika Bisnis
ETIKA BISNIS

Etika berasal dari bahasa Yunani, ethos (bentuk tunggal) atau ta etha (bentuk jamak) yang berarti watak, kebiasaan dan adat istiadat. Dalam hal ini etika berkaitan dengan adat istiadat atau kebiasaan hidup yang baik, pada diri seseorang maupun suatu masyarakat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain.  
Pengertian  etika,  yang  indentik dengan pengertian moralitas. Moralitas berasal dari bahasa latin, mos (bentuk tunggal) atau  mores (bentuk jamak) yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.  Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa yang benar dan salah berdasarkan standar moral. Standar moral ialah standar yang berkaitan dengan persoalan yang dianggap mempunyai konsekuensi serius,  didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas kekuasaan, melebihi kepentingan sendiri, tidak memihak dan pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah, malu, menyesal.
Moralitas Etika dan moralitas mempunyai arti yang sama sebagai sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang konstan dan terulang dalam kurun waktu, sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Persoalan etika muncul ketika moralitas seseorang atau suatu masyarakat mulai ditinjau kembali secara kritis. Moralitas berkenaan dengan tingkah laku yang kongkret sedangkan etika berkerja dalam level teori.
 Dalam tradisi filasafat istilah etika lazim dipahami sebagai suatu teori ilmu pengetahuan yang mendiskusikan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk mengenai perilaku. Dalam perkembangannya etika memiliki pengertian – pengertian yang lebih baku baik etika sebagai praksis maupun etika sebagai refleksi (Bertens 2001:162-164).
Sebagai praksis etika diartikan sebagai apa yang dilakukan manusia dan berhubungan langsung dengan perilaku manusia dengan demikian, disini etika berarti    nilai-nilai atau norma-norma itu pada dasarnya menyangkut baik-buruknya perilaku manusia.  Apa yang baik harus dilakukan dan apa yang buruk harus dihindari. Oleh karena itu istilah etika sering juga dikenal sebagai ajaran atau aturan tentang apa yang baik  dan bagaimana harus hidup secara baik sebagai manusia. Etika memberi semacam petunjuk arah atau orientasi dengan apa dan bagaimana kita hidup secara baik sebagai manusia.
Dipihak lain etika sebagai refleksi diartikan sebagai pemikiran moral atau filsafat moral. Berdasarkan pengertian ini manusia melakukan suatu perbuatan tertentu tidak semata-mata didasarkan pada nilai-nilai moral melainkan  manusia berfikir atau merenung mengenai apa yang harus dan tidak harus dilakukan dan bagaimana manusia berperilaku pada situsai kongkret tertentu. Disini manusia mengamati dan mengevaluasi perilaku dari segi moral.
Lebih lanjut etika sebagai refleks dapat dilakukan baik sekedar pada tingkat populer maupun pada tingkat ilmiah. Dalam surat kabar atau majalah misalnya, kita sering membaca deskripsi etika sebagai refleksi pada tingkat populer ketika diuraikan dengan hal-hal yang berkaitan dengan etika, seperti penyalah gunaan wewenang (jabatan), memperkaya diri sendiri maupun orang lain, penggelapan uang negara, pembunuhan, penindasan, pelanggaran hak asasi manusia. Sebaiknya etika sebagai refreksi pada tingkat ilmiah, bisa kita jumpai ketika menyaksikan ilmuan membahas etika secara kritis, analitis, dan sistematis.
Istilah yang mirip dengan etika dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari adalah  etos. Pemakaian kata etos misalnya tampak pada kombinasi etos kerja, etos profesi, dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris ethos berarti ciri-ciri atau sikap individu, masyarakat atau budaya terhadap kegiatan tertentu. Apabila kita mendengar dan menggunakan istilah etos kerja, maka ini dimaksud sebagai ciri-ciri atau sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap kerja. Berdasarkan pendapat yang lain lihat etos dipandang sebagai semangat dan sikap batin seseorang atau sekelompok orang terhadap kegiatan tertentu yang didalamnya termuat nilai –nilai moral tertentu (Magis Suseno1992:120). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang miliki etos kerja yang tinggi, berarti dia melaksanakan suatu perkerjaan secara sungguh – sungguh dengan dilandasi suatu keyakinan bahwa melakukan suatu perkerjaan yang baik akan mendapatkan balasan yang lebih baik.  
Kata lain yang juga mirip dengan etika yaitu etiket berasal dari kosakata bahasa Inggris etiquette yang berarti aturan untuk hubungan formal atau sopan santun. Etika  mengacu pada norma moral sedangkan etiket mengacu pada norma kelaziman. Kita tidak bisa memastikan bahwa  orang yang memiliki etiket akan secara otomatis menunjukan perilaku etis. Misalnya sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seseorang bertuturkata dan bersikap sopan dan terhormat tetapi ternyata ia adalah seorang penipu. Perbedaan mendasar antara etiket dan etika, K. Bertens (2000:8-11) adalah sebagai berikut :
1.      Etiket menunjukan cara (yang dianggap tepat atau diterima) suatu tindakan harus dilakukan dalam suatu kalangan tertentu. Misalnya dalam budaya jawa menyampaikan suatu benda dengan tangan kiri dianggap melanggar etiket. Sebaiknya etika berkaitan dengan apakah suatu tindakan boleh dilakukan atau tidak. Disini etika memberi norma moral pada tindakan itu seperti, jangan menyontek, jangan berdusta, jangan mencuri, jangan korupsi (Contoh anjuran dari norma- norma moral).
2.      Etiket hanya berlaku ketika ada orang atau pihak lain yang menyaksikan suatu tindakan. Misalnya dalam etiket pergaulan antara lain dikehendaki agar orang menggunakan jenis busana yang sesuai dengan situasi. Seseorang dianggap tidak sesuai dengan etiket apabila ia menggunakan busana santai pada pada acara formal.
3.      Etiket lebih bersifat relatif, etiket sangat bergantung pada persepsi kalangan atau budaya yang memperlakukan etiket. Misalnya di desa tidak sopan bagi wanita yang pulang terlalu malam, hal ini berbeda dengan dikota besar, pulang larut malam dianggap wajar karena ada beberapa dikota besar yang memungkinkan wanita pulang larut malam. Larangan-larangan untuk melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan etika seperti penyuapan, penggelapan, korupsi, mencuri, menyontek dan sebagainya berlaku pada semua kalangan budaya.    
Contoh  etika yang sering kita lakukan sehari-hari
Sebuah contoh mengenai etika adalah ketika kita ingin berangkat sekolah, kuliah ataupun berangkat kerja sebaiknya kita berpamitan kepada kedua orangtua dengan salaman kepada mereka. Ini merupakan salah satu etika yang baik yang tanpa kita sadari etika ini ada di dalam kehidupan kita sehari- hari.
Contoh Etika dalam berbisnis
Sebuah contoh mengenai etika dalam berbisnis adalah apabila anda seorang karyawan perusahaan advertising dimana anda diharus mempresentasikan hasil rancangan iklan anda kepada klien anda. Etika yang harus anda perhatikan adalah  anda menggunakan kemeja yang sesuai dengan kondisi formal di dalam kantor, anda harus datang lebih awal sebelum presentasi dimulai, hal ini memberikan kesan kepada klien anda bahwa anda tepat waktu dan pada saat presentasi dimulai anda harus bertuturkata yang sopan, ekspresi wajah tesenyum.
  1. Etika Deontologi
Etika Deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk bertindak secara baik. Menurut teori ini tindakan dikatakan baik bukan karena tindakan itu mendatangkan akibat baik, melainkan berdasarkan tindakan sendiri sebagai baik pada dirinya sendiri. Melakukan perbuatan baik adalah suatu keharusan orang sering menyebutnya sebagai suatu kewajiban. Keyakinan untuk melakukan yang baik dan dilakukan dengan sendirinya demi hubungan baik dan mengelakkan perilaku buruk. Dengan kata lain, suatu tindakan itu bernilai moral karena tindakan itu dilaksanakan berdasarkan kewajiban yang harus memang dilaksanakan. Etika Deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari pelakunya sebagaimana diungkapkan seorang pakar etika bernama Immanuel Kant (1734-1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apapun juga. Oleh karena itu, di dalam menilai seluruh tindakan kita,  kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya. Contoh Etika Deontologi : manusia beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa karena sudah merupakan kewajiban manusia untuk menyembah Tuhannya, bukan karena perbuatan tersebut manusia akan mendapatkan imbalan berupa pahala.
  1. Etika Teleologi
Etika Teleologi berasal dari kata Yunani  telos yang berarti tujuan, sasaran, akibat dan hasil. Menurut teori ini, mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh  tindakan itu. Suatu tindakan dikatakan baik jika tujuannya baik  dan membawa akibat yang baik dan berguna. Contoh Etika Teleologi : Jika kita berjanji maka janji tersebut harus segera dilunasi. Akibat dari kita tidak menepati janji maka orang lain tidak akan percaya dengan apa yang kita ucapkan.
Ø  Dua aliran Etika Teleologi:
a.         Egoisme Etis, yaitu tindakan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinnya sendiri. Egoisme ini baru menjadi persoalan serius yaitu ketika ia cenderung menjadi hedonistis  yaitu ketika kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai kenikmatan fisik yanng bersifat fulgar.
b.         Utilitarianisme, berasal dari bahasa latin utilis yang berarti  bermanfaat. Utilitarianisme yaitu tindakan yang berguna dan membawa manfaat bagi semua pihak. Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme bisa dihitung sama seperti kita menghitung untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis.

Sumber:  Keraf, A. Sonny. 1998. Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius